KepadaPeminta-minta Baik, baik, aku akan menghadap Dia Menyerahkan diri dan segala dosa * Puisi ini aku tulis untuk putraku, Isaias Sadewa WS. Rendra ANALISIS HIKAYAT. 5/12/2010 0 Comments Apa yang menarik dari sejarah karya sastra kita? Salah satunya adalah kehadiran hikayat. Analisisstruktural pada puisi pena jingga karya nur arifin dalam antologi puisi tahun 2008 dan rencana pelaksanaan pembelajran di SMA Analisis gaya bahasa pada puisi gadis peminta-minta karya toto sudarto bachtiar dan rencana pelaksanaan pembelajran di SMP. Diposting oleh Unknown di 22.18. Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Saragih Eva Liharnim (2010) KEMAMPUAN MENGAPRESIASIKAN PUISI “KEPADA PEMINTA-MINTA” KARYA CHAIRIL ANWAR OLEH SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 POLLUNG TAHUN PEMBELAJARAN 2009/2010. Undergraduate thesis, UNIMED. Analisis Stilistika Pada Puisi Kepada Peminta-minta Karya Chairil Anwar.” DEIKSIS, 9(1): 1-12. Liu, Li. 2015. “A Stylistic Analysis of ‘A Rose for Emily’”. CSCanada, 10(4): 76-81. Purwaningsih, Mamik. 2013. Analisis Stilistika dan Nilai-nilai Pendidikan Kumpulan Puisi Mata Badik Mata Puisi Karya D. Zawawi Imron. Surakarta: PBI MengenalJenis-jenis Puisi Beserta Contohnya. 2. Jenis Rima Berdasarkan Letak Kata dalam Baris Kalimat. Jenis rima berdasarkan letak kata dalam baris kalimat dibagi menjadi: Rima awal, yaitu persamaan kata yang terletak pada sajak kalimat. Contoh “Dari mana hendak ke mana. Dari sawah hendak ke rumah. Kecintaannyaakan filsafat membuatnya mulai menulis buku-buku filsafat dalam gaya yang populer. Tanpa disangka-sangka novel filsafatnya pada tahun 1991 ”Dunia Sophie” menjadi best- seller internasional pada tahun 1995 menjadi novel terlaris di dunia. Sejak saat itu Jostein Gaarder beralih profesi menjadi penulis profesional. . Gadis Peminta-minta Setiap kita bertemu, gadis kecil berkaleng kecil Senyummu terlalu kekal untuk kenal duka Tengadah padaku, pada bulan merah jambu Tapi kotaku jadi hilang, tanpa jiwa Ingin aku ikut, gadis kecil berkaleng kecil Pulang ke bawah jembatan yang melulur sosok Hidup dari kehidupan angan-angan yang gemerlapan Gembira dari kemanjaan riang Duniamu yang lebih tinggi Melintas-lintas di atas air kotor, tapi yang begitu kau hapal Jiwa begitu murni Untuk bisa membagi dukamu Kalau kau mati, gadis kecil berkaleng kecil Bulan di atas itu tak ada yang punya Dan kotaku, ah kotaku Hidupnya tak lagi punya tanda. Sumber Suara 1950CatatanPuisi "Gadis Peminta-minta" karya Toto Sudarto Bachtiar memiliki beberapa hal menarik yang dapat diperhatikanTema Kemiskinan dan Kekurangan Puisi ini menggambarkan kehidupan seorang gadis peminta-minta yang hidup dalam kondisi kemiskinan dan kekurangan. Penyair menciptakan gambaran tentang keterbatasan dan penderitaan yang dialami oleh gadis kecil ini dalam kehidupannya dan Imajinasi Puisi ini menggunakan simbolisme dan imajinasi untuk menyampaikan pesan-pesan emosional. Gadis peminta-minta digambarkan sebagai sosok yang memiliki senyuman yang abadi, meskipun dia hidup dalam kesulitan. Simbol bulan merah jambu dan jembatan melambangkan keinginan dan khayalan gadis kecil Kehidupan Penyair membandingkan kehidupan gadis peminta-minta dengan kehidupan yang lebih mapan. Penyair mencerminkan kesadaran akan kesenjangan sosial dan keberadaan dunia yang lebih tinggi, di mana gadis peminta-minta hidup dalam kehidupan yang keras sementara orang lain menikmati dan Empati Puisi ini menyampaikan pemahaman dan empati terhadap kehidupan gadis peminta-minta. Meskipun penyair tidak dapat benar-benar mengalami kehidupan gadis tersebut, ia mengakui kekuatan jiwa yang murni dan keinginan gadis itu untuk berbagi ini mencerminkan kepekaan penyair terhadap kehidupan yang penuh keterbatasan dan kesulitan. Melalui penggunaan simbolisme dan gambaran yang kuat, puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang ketidakadilan sosial dan kebutuhan akan empati terhadap mereka yang hidup dalam Gadis Peminta-mintaKarya Toto Sudarto BachtiarBiodata Toto Sudarto BachtiarToto Sudarto Bachtiar lahir pada tanggal 12 Oktober 1929 di Palimanan, Cirebon, Jawa Sudarto Bachtiar meninggal dunia pada tanggal 9 Oktober 2007 pada usia 77 tahun.Toto Sudarto Bachtiar adalah salah satu Penyair Indonesia Angkatan 1950-1960-an. AbstractKarya sastra sebagai kajian dari stilistik yang menggunakan gaya bahasa sastra sebagai media untuk menemukan nilai estetisnya. Stilistika adalah ilmu pemanfaatan bahasa dalam karya sastra. Penggunaan gaya bahasa secara khusus dalam karya sastra yang diciptakan sendiri oleh pengarang. Oleh sebab itu, tujuan analisis puisi ini adalah mendeskripsikan bahasa dan pembentukan kata dengan aplikasi kajian stilistika pada puisi Kepada Peminta-Minta karya Chairil Anwar. Berdasarkan pendekatan stilistika yang dikemukakan sebagai dasar untuk kajian teori yang digunakan dalam analisis. Pendekatan ini mempegaruhi daya cipta dalam sebuah puisi, sebagai contoh puisi Kepada Peminta-Minta karya Chairil Anwar yang dikaji dari struktur pembentukan kata fisik dan unsur jiwa pembangunnya, yaitu struktur batin. Dalam kajian puisi tersebut, menonjolkan berbagai aspek pembentukan kata yang kuat dan tak terduga. Sikap Chairil Anwar yang kritis dalam menampilkan gambaran yang sesungguhnya tentang kehidupan rakyat miskin atau kaum melarat. Hal ini mampu menyampaikan pesan secara tidak langsung kepada pembaca, bagaimana sikap dan perilaku yang seharusnya dilakukan. Berdasarkan hasil analisis terhadap puisi Kepada Peminta-Minta karya Chairil Anwar yang menonjolkan berbagai aspek pembentukan kata yang kuat dan tak terduga. Kemudian dari aspek batin, bagaimana Chairil Anwar yang memiliki sikap ekspresionisme memberikan sajian puisi yang ekspresif. Puisi ini juga menunjukkan sikap sosial dan kenyataan yang terjadi pada masyarakat. Kata-kata kunci analisis stilistika, A. 2017. Analisis Stilistika pada Puisi Kepada Peminta-Minta Karya Chairil Anwar. DEIKSIS, 901, 1. SeniorityPhD / Post grad / Masters / Doc 1647%Readers' Discipline Uploaded byAlya Shafira Nur Rozaq Romadhoni 50% found this document useful 2 votes2K views4 pagesCopyright© © All Rights ReservedShare this documentDid you find this document useful?Is this content inappropriate?Report this Document50% found this document useful 2 votes2K views4 pagesAnalisis Unsur Intrinsik Puisi Kepada Peminta-MintaUploaded byAlya Shafira Nur Rozaq Romadhoni Full descriptionJump to Page You are on page 1of 4Search inside document You're Reading a Free Preview Page 3 is not shown in this preview. Buy the Full Version Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime. ANALISIS LAPIS NORMA PUISI KEPADA PEMINTA MINTA KARYA CHARIL ANWAR DAN HUBUNGANNYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA JURNAL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat dalam Menyelesaikan Program Strata Satu S1 pada Program StudiPendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah OLEH Armanzori Rosi S. EIC112010 UNIVERSITAS MATARAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI PRODIPENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA DAN DAERAH 2017 ANALISIS LAPIS NORMA PUISI KEPADA PEMINTA MINTA KARYA CHARIL ANWAR DAN HUBUNGANNYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA Armanzori Rosi Saprudin, Murahim, M. Syahrul Qodri. Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah FKIP Universitas Mataram Email [email protected] ABSTRAK Permasalahan dalam penelitian ini yaitu 1 Bagaimanakah bentuk Lapis Norma pada puisi Kepada Peminta Minta karya Chairil Anwar. 2 bagaimanakah hubungan puisi Kepada Peminta Minta karya Charil Anwar dengan pembelajaran sastra di SMA. Tujuan penelitian ini adalah 1 Mendeskripsikan bentuk lapis norma pada puisi “Kepada Peminta minta” karya Chairil Anwar. 2 Untuk mengetahui bagaimana hubungannya dengan pembelajaran sastra di SMA. Metodepengumpulan data yang digunakanadalah metode kepustakaan dan dilanjutkan dengan metode data penelitianmenggunakanmetodekualitatifdengananalisisdeskriptif. Hasil akhir penelitian ini menunjukkan bahwa puisi Kepada Peminta Minta karya Charil Anwar yaitu a lapis bunyi meliputi aliterasi dan asonansi, b lapis arti makna yang sebenanya yang terkandung didalam puisi, c Lapis satuan arti yang meliputi objek-objek dan alur, d lapis dunia yang dipandang dari sudut pandang tertentu, e Lapis metafisis hal-hal yang mengerikan dalam puisi Kepada Peminta minta. Serta keterkaitan puisi ini dengan pembelajaran sastra di SMA yang tercantum pada silabus SK/KD mata pelajaran Bahasa Indonesia pada kelas X semester I standar kompetensi 5 Memahami puisi yang disampaikan secara langsung/tidak langsung. Mengidentifikasi majas, rima, kata-kata berkonotasi dan bermakna unsur-unsur puisi yang ditemukan. Kata kunci puisi Kepada Peminta Minta, Lapis Norma, pembelajaran sastra. THE ANALYSIS OF NORM PLY OF POETRY KEPADA PEMINTA MINTA BY CHAIRIL ANWAR AND THE RELATIONSHIP WITH THE LITERATURE STUDIES IN HIGH SCHOOL Armanzori Rosi Saprudin, Murahim, M. Syahrul Qodri Language Education Study Program, Indonesia and Local Literature FKIP Mataram University Email [email protected] ABSTRACT The issues of this research are 1 How is ply of the norm in the poetry Kepada Peminta Minta by Chairil Anwar? 2 How is the relationship of poetry Kepada Peminta Minta by Chairil Anwar with literature studies in high school? The goals of the research are 1 To describe the form ply of the normin poetry “Kepada Peminta Minta” by Chairil Anwar. 2 To know the relationship with literature studies in high school. The method of collecting data that we use is Documented Method and continued by Noted Method. Analisys Method to the reseach data is using Qualitative Method with Descriptive Analisys. The final result of the research is showing us that the poetry Kepada Peminta Minta by Chairil Anwar are a the sound ply are between alliteration and assonance, b the real meaning ply that described in the poetry, c the each meaning ply is the object and the plot, d the world ply that viewed from specific point of view, e the frightening metaphisical plyin the poetry Kepada Peminta Minta. And also the relationship of the poetry with the literature studies in high school that mention in the syllabus SK/KD of Bahasa Indonesia subject in X clas 1st Semester competency standars 5 Undestand the poetry that delivered directly/indirectly. Identified figure of speech, rima, connotes and symbolic meaning words. To response the elements of the poetry that found. Key Word poetry Kepada Peminta Minta, Norm Ply, literature studies. A. PENDAHULUAN Dewasa ini, angka pengemis di Indonesia terus meningkat seiring dengan krisis yang dialami oleh Indonesia, suatu beban kehidupan yang harus dipikul oleh masyarakat. Harga minyak yang melambung tinggi, sembako yang naik tajam, dan biaya hidup semakain meningkat menyebabkan kemiskinan bertambah, sehingga salah satu akibat meningkatnya kemiskinan akan melahirkan gelandangan dan pengemis, banyak anak-anak yang berhenti sekolah di tengah jalan dan memilih bekerja dan tidak sedikit memilih menjadi pengamen, pencopet, dan meminta-minta atau biasa disebut pengemis untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari. Sementara itu, kehidupan para gepeng sendiri tidaklah menggambarkan tempat tinggal mereka adalah mana pun mereka berada di sanalah mereka mereka selalu hidup dalam kondisi jalan, halaman-halaman ruko, kolong-kolong jembatan singgahan mereka saat malam menjemput dan kardus-kardus kosong mereka bentuk sedemikian rupa untuk dijadikan alas mereka adalah kain-kain kusut dan mereka, hidup hanya sekedar untuk mencari makan dan entah bagaimana esok hari bagi mereka adalah impian semu yang tidak mungkin mereka dapatkan. Dari pemaparan di atas bisa kita rasakan bagaimana kesusahan dan penderitaan masyarakat miskin, dan para sastrawan atau penyair banyak menuangkan permasalahanpermasalahan di atas dalam bentuk karya sastra seperti puisi. Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang digunakan untuk mengungkapkan perasaan dan yang terjadi di sekitar kita dan memiliki banyak makna kehidupan. Salah satu puisi yang bertema kemiskinan adalah puisi Chairil Anwar yang berjudul “Kepada Peminta Minta” yang diambil dari kehidupan nyata pengarang, di mana pengarang tidak setuju melihat orangorang mencari nafkah dengan cara meminta-minta, walaupun kehidupan sangat rumit tokoh aku berharap pengemis mencari nafkah dengan cara yang lebih baik. Puisi ini menceritakan seseorang yang melarat, miskin yang tidak memiliki ditonjolkan puisi “Kepada Peminta Minta” yaitu tingkah dan sikap si peminta- 1 minta dan sikap pengarang terhadapnya. Pengarang menekankan pandangannya kepada sang peminta-minta, pada baris ketiga tapi jangan tentang lagi aku menunjukkan sikapnya yang merasa nyaman dengan kehadirannya tetapi pengarang merasa kecewa serta marah kepada pengemis terlihat pada di bibirku terasa pedas mengaung di telingaku dan pengarang ingin pengemis mencari nafkah dengan cara yang lebih baik, melalui puisi ini Chairil Anwar menuangkan kekecewannya terhadap pengemis. Berdasarkan penjelasan tersebut, tentang puisi dan latar belakang yang memunculkan lahirnya sebuah puisi dapat pula dikaitkan dengan pembelajaran sastra di SMA. Pembelejaran puisi sangat berguna untuk siswa di SMA untuk membentuk pendidikan karakter dalam diri siswa, dalam puisi ini juga terdapat nilai-nilai seperti nilai ekonomi, nilai sosial, nilai politik, nilai agama, nilai budaya, dan nilai pendidikan dimana nilai-nilai tersebut sangat berguna untuk pembentukan karakter, mental siswa, dan melatih kepedulian siswa terhadap lingkungannya. Dengan demikian, puisi merupakan sebuah karya sastra yang sangat berguna untuk pembentukan karakter, mental, dan melatih kepedulian siswa terhadap “Kepada Peminta-minta” karya Chairil Anwar merupakan salah satu karya sastra yang masih relevan untuk samping itu juga dapat dijadikan bahan ajar pada pembelajaran sastra di SMA. Berdasarkan uraian diatas, maka perlu adanya sebuah kajian puisi yang uraiannya lebih mendalam, sistematis, tetapi praktis dapat dipergunakan untuk memahami puisi secara lebih mudah. Oleh karena itu peneliti memfokuskan kajiannya dengan judul “Analisis Lapis Norma Puisi Kepada Peminta-minta karya Chairil Anwar dan Hubungannya dengan Pembelajaran Sastra di SMA”. Dengan mengunakan pendekatan lapis norma yang meliputi, lapis bunyi, lapis arti, lapis satuan arti, lapis dunia dan lapis metafisis. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dikemukakan permasalahan yang akan dibahas adalah sebagai berikut 2 1. Bagaimanakah bentuk lapis norma pada puisi Kepada Peminta Minta karya Chairil Anwar? 2. Bagaimanakah hubangan puisi Kepada Peminta Minta karya Chairil Anwar dengan Pembelajaran Sastra di SMA? KAJIAN TEORI 1. Penelitian Yang Relevan Sebagai bahan rujukan yang relevan, penelitian ini mengambil beberapa skripsi yang memiliki kesamaan dari segi objek yang diteliti dan hubungannya dengan pembelajaran sastra di sekolah. Beberpa diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Rosyidi 2013 dengan judul ”Analisis Strata Norma Roman Ingarden Pada Lirik Lagu Sasak dalam Album Pemban Selaparang Serata Hubungannya dengan Pembelajaran Sastra di SMP”. Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana bentuk lapis makna dan hubungan antara lirik lagu dalam album Pemban Selaparang dengan hubungannya pembelajaran sastra di SMP. Penelitian yang dilakukan oleh Rosyidi 2013 memliki persamaan dengan penelitian ini, yaitu terletak pada kajian strata norma. Namun perbedaan dalam penelitian ini terletak pada objek yang diteliti yaitu Ahyar Rosyidi meneliti Lagu Sasak dalam Album Pemban Selaparang, sedangkaan penelitian ini menganalisis puisi “Kepada Peminta Minta” karya Chiril Anwar dan hubungannya dengan pembelajran sastra di SMA. Triani 2012, dalam skripsi Kajian Strukturalisme-Semiotik Dalam Puisi Berjudul Orang-orang Miskin kaya Rendra. Dalam skripsi Puisi Orang-orang Miskin menceritakan tentang kemanusian yang sangat menarik untuk dijadikan renungan diri kita untuk mencari ilmu pengetahuan bekal masa depan nanti agar tidak menjadi orang miskin yang tak mengerti arah hidup dan hanya memikirkan cara mereka hidup, dengan bahasa yang menarik dan pemilihan kata yang sesuai tapi sulit dimengerti jika tidak diteliti lebih dahulu. Penelitian tersebut menjelaskan karya sastra merupakan sebuah struktur yang bersistem yang sering berkaitan dengan tanda-tanda atau simbol yang terdapat di dalam 3 sebuah karya sastra terutama Orang-orang Miskin tersebut adalah salah satu bentuk karya sastra yang banyak memiliki Orang-orang Miskin tersebut banyak menggunakan bahasa sastra yang sulit dimengerti sebagian orang, contohnya terdapat dalam larik “Orang-orang miskin di jalan” ini bukan logika bahasa biasa karena itu dapat di naturalisasikan menjadi orang-orang miskin yang hidup di jalan.“Yang tinggal di pingiran selokan”. “Yang kalah di dalam pergulatan” dapat di naturalisasikan menjadi Orang miskin sehingga dalam penelitian tersebut dilakukan secara struktural semiotik. Puisi Orang-orang miskin karya Rendra tersebut merupakan keseluruhan yang utuh, bagian-bagian atau unsur-unsurnya saling berkaitan, saling menentukan maknanya, Sehingga setelah dilakukan pembacaan semiotik yang mencangkup pembacaan heuristik dan hermeneutik sesuai dengan teorinya yaitu untuk mempermudah pemahaman dan pemaknaan puisi tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Tirani 2012 dengan judul Kajian Strukturalisme- Semiotik dalam Puisi Berjudul Orang-orang Miskin karya Rendra memiliki kesamaan pada objek yang diteliti dan tema puisi yang dikaji, sedangkan penelitian ini menganalisi puisi “Kepada Peminta Minta” menggunakan pendekatan Strata Norma dan hubungannya dengan Pembelajaran Sastra di SMA. Marlina 2015, Universitas Mataram dengan judul Analisis Semiologi Puisi Cinta Karya Kahlil Gibran Perespektif Roland Barthes dan Kaitannya dengan Pembelajaran Sastra di SMA. Dalam skripsi puisi yang berjudul Puisi Cinta Dalam Puisi Cinta karya Khalil Gibran ini menggambarkan sosok seorang manusia yang sangat mencintai kekasihnya dan itu terlihat dari bait pertama puisi tersebut, dan dalam puisi ini Khalil Gibran juga berharap pada akhirnanti cinta akan menyatukannya dalam kehidupan yang akan datang. Dari puisi ini Khalil Gibran ingin menyadarkan bagaimana indahnya hidup sederhana, bagaimana cara bertahan hidup dalam penderitaan kemiskinan, pahitnya kesedihan, dan duka perpisahan. Penelitian yang berjudul analisis Semiologi PuisiCinta Karya Khalil Gibran Perspektif Roland Barthes dan Kaitanya dengan Pembelajaran Sastra di tentang pemaknaan kata, seperti yang terdapat dalam lirik sebengis kematian. Kata sebengis menandai jahatnya kematian. Selain kata sebengis ditemukan juga contoh- 4 contoh lain memiliki makna yang berkaitran dengan semiotik, seperti lidah hari, ujung bumi, menyeret kepada Tuhan. Penelitian yang dilakukan oleh Marlina 2016, memiliki persamaan dengan penelitian ini, yaitu objek yang dikaji dan kaitannya dengan pembelajaran sastra di perbedaan penelitian ini terletak pada teori yang digunakan yaitu Analisi Strata Norma Puisi “Kepada Peminta Minta” dan hubungannya dengan Pembelajaran Sastra di SMA. Berdasarkan beberapa penelitian di atas, dapat diketahui bahwa penelitian yang membahas tentang kajian Strata Norma belum banyak itu penelitianpenelitian di atas dijadikan bahan acuan dan referensi untuk penelitian yang berjudul “Analisi Lapis Norma Puisi Kepada Peminta Minta karya Chairil Anwar dan Hubungannya dalam Pembelajaran Sastra di SMA”.Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya adalah penelitian ini berfokus menganalisis puisi menggunakan Lapis Norma yang terdapat dalam puisi tersebut. Di samping itu, penelitian ini juga akan dikaitkan dengan pembelajaran sastra di SMA. 2. Landasan Teori Sebelum melangkah ke landasan teori dilakukan berbagai penjelasan yang berkaitan dengan tulisan-tulisan yang dijumpai dalam penelitian ini, antara lain sastra, puisi, dan lapis norma. 3. Sastra Jadi sastra merupakan karya tulis yang memiliki nilai seni, ciri-ciri keunggulan, seperti keasalian, keartistikan, keindahan dalam isi dan sastra berarti karangan yang mengacu pada nilai-nilai kebaikan yang ditulis dengan bahasa yang memberikan pengetahuan terhadapa pembacanya tentang kehidupan sosial, maupun intelektual. Menurut Soeratno 2012 12 istilah sastra’ dipakai untuk menyebut gejala budaya yang dapat dijumpai pada semua masyarakat meskipun secara sosial, ekonomi, dan keagamaan keberadaanya tidak merupakan ini berarti bahwa sastra 5 merupakan gejala yang univeral. Namun, adalah suatu fenomena pula bahwa gejala yang univeral itu tidak mendapatkan konsep univeral pula, karena kriteria ke’sastra’an yang ada dalam suatu masyarakat tidak selalu cocok dengan kriteria ke’sastra’an yang ada pada masyarakat lain. 4. Pengertian Puisi Sebagai sebuah genre sastra, puisi berbeda dari novel, drama, atau cerita pendek Siswantoro, 2011 23.Perbedaan antara puisi, novel, drma, atau cerita pendek terletak pada kepadatan komposisi dengan konvensi yang ketat, sehingga puisi tidak memberi ruang yang longgar kepada penyair dalam berkreasi secara dimaksud adalah puisi merupakan bentuk sastra yang paling padat dan terkonsentrasi dan puisi merupakan karya sastra yang memiliki keunikan tersendiri. B. Strata Norma Roman Ingarden 1. Lapis bunyi Lapis bunyi sound stratum.Bila orang membaca puisi, maka yang terdengar itu ialah rangkain bunyi yang dibatasi jeda pendek, agak panjang, dan suara itu bukan hanya suara tak berarti. Asonansi Asonansi merujuk kepada pengulangan bunyi hidup atau bunyi berfungsi 1 menciptkan rangkaian bunyi yang enak didengar dan 2 mendukung makna kata bunyi hidup yang dimaksud adalah pengulangan bunyi secara horizontal dan vertikal. a. Aliterasi Aliterasi terkait dengan pengulangan bunyi konsonan di posisi akhir atau di posisi awal aliterasi adalah 1 memberikan efek suara yang enak didengar sebab terbentuknya sajak dalam, dan 2 memberi tekanan makna kepada kata di mana bunyi konsonan tersebut bunyi konsonan yang dimaksud adalah pengulangan bunyi secara horizontal dan vertikal. 2. Lapis Arti Lapis arti units of meaning berupa rangkaian fonem, suku kata, frase, dan itu merupakan satuan-satuan arti. Rangkaian kalimat menjadi 6 alinea,bab, keseluruhan cerita ataupun keseluruhan sajak merupakan satuan arti Pradoopo, 2014 15. 3. Lapis satuan arti Lapis satuan arti ini berupa objek-objek yang dikemukakan di dalam sajak, latar, pelaku, dan dunia pengarang. Dunia pengarang adalah ceritanya yang merupakan gabungan dan jalinan antara objek-objek yang dikemukakan,latar ,pelaku, serta struktur ceritnya alur Pradopo, 2014 15. Dalam lapis ini membahas bagaimana latar, pelaku, dan dunia pengrang dalam menciptakan suatu puisi. 4. Lapis dunia Lapis “dunia” yang dipandang dari titik pandang tertentu yang tak perlu dinyatakan, tetapi terkandung didalamnya implied. Sebuah peristiwa dalam sastra dapat dikemukakan atau dinyatakan “terdengar” atau “terlihat”, bahkan peristiwa yang sama, misalnya suara jederan pintu, dapat memperlihatkan aspek “luar” atau “dalam” watak Pradopo, 201415. 5. Lapis metafisis Lapis metafisis, berupa sifat-sifat metafisis yang sublime, yang tragis, mengerikan atau menakutkan, dan yang suci, dengan sifat-sifat ini, seni dapat memberikan renungan kontemplasi kepada tetapi, tidak setiap karya sastra dalamnya terdapat lapis metafisis Pradopo, 201415. C. Pembelajaran sastra di SMA Menurut Degeng dalam skeipsi Marlina,2016 29 pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Secara implisit dalam pembelajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan dan mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran yang karena itu, siswa tidak hanya berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber belajar yang dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. 7 D. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Lapis bunyi Sound Stratum 1. Asonansi Asonansi merupakan pengulangan bunyi vokal pada deretan kata KBBI 74. Pemaparan mengenai asonansi dalam puisi Kepada Peminta Minta karya Chairil Anwar hanya ditujukan pada bunyi vokal yang mengalami bunyi vokal yang dimaksud adalah pengulangan yang terjadi dalam satu baris atau dalam satu frase. Baris pertama dari bait pertama dalam puisi Kepada Peminta Minta karya Charil Anwar mulai dari bait pertama yang berbunyi “baik, baik aku menghadap dia” terdengar asonansi /a/ yang terdengar dalam setiap kata dan aonansi /i/ terletak pada kata baik, baikdan dia. 2. Aliterasi Aliterasi merupakan unsur puisi yang penting untuk memperindah bunyi terkait dengan pengulangan bunyi konsonan di posisi akhir atau di posisi awal aliterasi adalah 1 memberikan efek suara yang enak didengar sebab terbentuknya sajak dalam, dan 2 memberi tekanan makna kepada kata di mana bunyi konsonan tersebut diulang. Pengulangan bunyi konsonan yang dimaksud adalah pengulangan bunyi secara horizontal dan vertikal Siswantoro,2010; 229. Pada bait pertama baris pertama yang berbunyi “baik, baik aku maenghadap dia” terdapat aliterasi /k/ dan /d/.aliterasi /k/ pada bunyi baik, baik, akumengalami pengulan sebanyak tiga kali dan aliterasi /d/ terulang sebanyak dua kali pada kata menghadap dandiadalam kata menghadap terdapat aliterasi /d/ pada suku kata terakhir dan terulang pada kata diayang terletak pada suku kata pertama. b. Lapis arti units of meaning Lapis arti units of meaning berupa rangkaian fonem, suku kata, frase, dan itu merupakan satuan-satuan arti. Rangkaian kalimat menjadi alinea,bab, keseluruhan cerita ataupun keseluruhan sajak merupakan satuan arti Pradoopo, 2014 15. Pada bait pertama baris pertama yang berbunyi baik, baik aku akan menghap dia yang artinya si aku ingin menghampiri seseorang. Baris kedua menyerahkan diri dan segala dosayang berarti si aku ingin menyerahakn dirinya pada orang tersebut, c. Lapis Satuan Arti Lapis satuan arti menimbulkan lapis yang ketiga, berupa objek-objek yang dikemukakan, latar pelaku, dan dunia pengarang Pradopo, 2014 18. Objek-objek yang di kemukakan pada puisi kepada peminta minta karya Charil Anwar beserta kutipannya anatara lain darahku, beku, muka, nanah, mimpiku, bumi, 8 bibirku, telingaku penggunaan objek-objek pada puisi ini menjadi bahasa kiasan untuk memperindah puisi tersebut dan bermakna konotasi dan denotasi. Pelaku atau tokoh, tokoh yang ada dalam puisi ini tokoh si aku,terlihat pada semua bait yang dalam puisi tersebut dan tokoh diaterlihat pada bait pertama baik, baik aku akan menghadap dia. Latar waktu, siang dan malam. d. Lapis Dunia Lapis dunia merupakan lapis yang tidak perlu dinyatakan pada sebuah puisi tetapi sudah implisit Pradopo, 201419. Pemaparan “lapis dunia” pada puisi kepada peminta minta karya Chairil Anwar sebagai berikut Bait pertama dalam puisi ini terdiri empat baris yang berbunyi Baik, baik aku menghadap dia Menyerahkan diri dan segala dosa Tapi jangan tentang lagi aku Nanti darahku jadi beku Pada kata baik, baik dalam baris pertama menandakan tokoh aku yang terpaksa menghampiri si pengemis dan peduli terhadap pengemis, baris kedua yang artinya si aku menyerahakan segala yang dia punya dengan terpaksa kepada pengemis tersebut, baris ketiga yang berbunyi tapi jangan tentang lagi akumenggambarkan tokoh aku yang tidak mau melihat pengemis itu lagi dihadapanya karena akan membuat tokoh aku berubah pikikran untuk membantunya. e. Lapis Metafisis Lapis kelima adalah lapis metafisis yang menyebabkan pembaca berkontemplasiPradopo, 201419. Pemaparan lapis kelima dalam pusi Kepada Peminta Minta karya Charil Anwar sabagai berikut Dalam sajak ini peristiwa tragis yang ada pada puisi ini adalah ketika tokoh aku menyesalkan atas dosa-dosa yang ia perbuat, dengan melihat si pengemis tokoh aku selalu teringat dosa yang ia laukan seolah-olah di wajah si pengemis sudah tercermin 9 dosa-dosanya dank arena dosanya si aku merasakan dosanya itu begitu mencekam dan memeinta pengemis itu jangan bercerita tentang dosa manusia. Dan si aku merasa dosadosanya yang begitu banyak mengejaranya unutk membunuh si aku tercermin pada kutipan puisi nanti darahku jadi beku kutipan ini menggambarkan kalo darah manusia beku itu artinya dia sudah mati. Pembelajaran sastra di SMA dan hubungannya dengan puisi kepada peminta minta karya Chairil Anwar. materi pembelajaran sastra di SMA yang berhubungan dengan penelitian ini adalah kompetensi dasar Kelas X semester 1 yaitu 5. memahami puisi yang disampaikan secara langsung dan tidak langsung. Kompetensi dasar pembelajaran tersebut adalah mengidentifikasi unsur-unsur bentuk suatu puisi yang disampaikan secara langsung ataupun melalui dalam pembelajaran puisi pada kelas V semester 1 meliputi; 1 mengidentifikasi majas, rima, kata-kata berkonotasi dan bermakna lambang; 2 menanggapi unsur-unsur puisi yang di karenan itu puisi Kepada Peminta Minta karya Chairil Anwar dapat dikaitkan dengan pembelajaran sastra di SMA dan sangat cocok untuk dijadikan bahan ajar karena puisi ini memberikan pembelajaran sosioal yang harus di ketahui oleh siswa siswi di SMA. 3. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis strata Norma Ingarden pada puisi Kepada Peminta-minta Karya Chairil Anwar dapat disimpulkan sebagai berikut 1. Lapis suara sound stratum yang berupa pengulangan bunyi asonansi dan aliterasi menimbulkan bunyi yang indah dan berirama dalam puisi tersebut. Irama yang tercipta dari asonansi dan aliterasi membuat bunyi-bunyi pada puisi Kepada Peminta Minta karya Chairil Anwar memiliki kesitimewaan dan keunikan tersendri dalam puisi tersebut. Lapis satuan arti units of meaning yang berupa makna tersurat yang terkandung didalam puisi tersebut masing-masing bait menggambarkan perjalanan seorang tokoh aku menggambarkan seorang pengemis yang selalu meminta-minta dengan cara mengemis tetapi tokoh aku tidak setuju dengan cara pengemis mencari nafkah. Lapis ketiga yang berupa objek-objek, latar, tokoh, dan dunia pengarang yang dikemukakan dalam puisi tersebut. Objek-objek yang ada pada puisi Kepada Peminta Mintamempertajam makan yang terkandung dalam puisi tersebut. Lapis keempat Dunia lapis yang tidak perlu dinyatakan tetapi sudah terkandung didalamnya dan dipandang dari sudut pandang tertentu. Pada puisi Kepada Peminta Minta ini memiliki makna tersirat tentang ratapan tokoh aku terhadap dosa-dosa yang ia perbuat pada masa lampau. Lapis kelima memberi 10 pengalaman pada pembaca tentang penyesalan tokoh aku dengan dosa-dosa yang ia sudah lakukan. Dan setiap tokoh aku melihat pengemis tokoh aku selalu teringat dosadosanya dan seolah-olah tokoh aku dikejar rasa dosa dan membuat tokoh aku teringat dosa-dosanya. 2. Hasil analisis dari puisi Kepada Peminta Minta karya Chairil Anwar menunjukan bahwa setiap lapis norma memiliki keterkaitan dengan indikator pembelajaran puisi pada kelas X Kurikulum tingkat satuan pendidikan KTSP. Oleh karena itu, puisi Kepada Pemintaminta karya Chairil Anawar untuk dijadikan objek pembelajaran puisi di sekolah. 4. DAFTAR PUSTAKA Rosyidi. 2013 .Analisis Strata Norma Roman Ingarden Pada Lirik Lagu Sasak dalam Album Pemban Selaparang Serata Hubungannya dengan Pembelajaran Sastra di SMP. Skripsi FKIP Universitas Mataram. Triani. 2012. Kajian Strukturalisme-Semiotik Dalam Puisi Berjudul Orang-orang Miskin kaya Rendra. Skripsi FKIP Universitas Mataram. Analisis Semiologi Puisi Cinta Karya Kahlil Gibran Perespektif Roland Barthes dan Kaitannya dengan Pembelajaran Sastra di SMA. Skripsi FKIP Universitas Mataram. Siswantoro, Penelitian Sastra. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Pradopo, Rachmat Djoko. 2014. Pengkajian Puisi. Gadjah Mada University Pradopo, Rachmat Djoko. 2007. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Moleong, Lexy J. 2015. Metodologi Penelitian Kualitataif. Remaja Rosdakarya. Bandung. Badudu, Rendra. 2011. EYD Bahasa Indonesia. Sophia Timur Publisher. Yogyakarta. Ratna, Nyoman khuta. 2012. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Departemen Pendidikan dan Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta. Anwar, Chairil. 2010. Deru campur debu. Dian rakyat. 11 Analisis Stilistika pada Puisi Kepada Peminta-Minta Karya Chairil Anwar Arinah Fransori1* 1 UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI * Corresponding Author Abstract Karya sastra sebagai kajian dari stilistik yang menggunakan gaya bahasa sastra sebagai media untuk menemukan nilai estetisnya. Stilistika adalah ilmu pemanfaatan bahasa dalam karya sastra. Penggunaan gaya bahasa secara khusus dalam karya sastra yang diciptakan sendiri oleh pengarang. Oleh sebab itu, tujuan analisis puisi ini adalah mendeskripsikan bahasa dan pembentukan kata dengan aplikasi kajian stilistika pada puisi Kepada Peminta-Minta karya Chairil Anwar. Berdasarkan pendekatan stilistika yang dikemukakan sebagai dasar untuk kajian teori yang digunakan dalam analisis. Pendekatan ini mempegaruhi daya cipta dalam sebuah puisi, sebagai contoh puisi Kepada Peminta-Minta karya Chairil Anwar yang dikaji dari struktur pembentukan kata fisik dan unsur jiwa pembangunnya, yaitu struktur batin. Dalam kajian puisi tersebut, menonjolkan berbagai aspek pembentukan kata yang kuat dan tak terduga. Sikap Chairil Anwar yang kritis dalam menampilkan gambaran yang sesungguhnya tentang kehidupan rakyat miskin atau kaum melarat. Hal ini mampu menyampaikan pesan secara tidak langsung kepada pembaca, bagaimana sikap dan perilaku yang seharusnya dilakukan. Berdasarkan hasil analisis terhadap puisi Kepada Peminta-Minta karya Chairil Anwar yang menonjolkan berbagai aspek pembentukan kata yang kuat dan tak terduga. Kemudian dari aspek batin, bagaimana Chairil Anwar yang memiliki sikap ekspresionisme memberikan sajian puisi yang ekspresif. Puisi ini juga menunjukkan sikap sosial dan kenyataan yang terjadi pada masyarakat. Kata-kata kunci analisis stilistika, puisi. References Aminnuddin. 2000. Stilistika, Pengantar Memahami Karya Sastra. Semarang CV. IKIP Semarang Press. Anwar, C. 2010. Aku ini Binatang Jalang. Jakarta PT. Gramedia Pustaka Utama. Endraswara, S. 2011. Metodelogi Penelitian Sastra. Yogyakarta CAPS. Nurhayati. 2008. Teori dan Aplikasi Stilistik. Penerbit Unsri. Ratna, 2009. Stilistika, Kajian Puitika Bahasa, dan Budaya. Yogyakarta Pustaka Pelajar. Tarigan, 2011. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung Angkasa. Wellek, R dan Warren, A. 2014. Teori Kesusastraan. Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama. DOI Article Metrics Metrics powered by PLOS ALM Refbacks There are currently no refbacks. Copyright c 2021 Arinah Fransori This work is licensed under a Creative Commons Attribution International License. PublisherLembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Indraprasta PGRI Address Jl. Nangka No. 58 C TB. Simatupang, Kel. Tanjung Barat, Kec. Jagakarsa, Jakarta Selatan 12530, Jakarta, Indonesia. Phone +62 021 7818718 – 78835283 Close in sunday and public holidays in IndonesiaWork Hours AM – PMBest hours to visit From 9 am to 11 am or after 3 pm. The busiest times are between 11 am and 3 pm. Deiksis is licensed under a Creative Commons Attribution International License. Latar Belakang Karya sastra merupakan wujud dari hasil pemikiran manusia. Karya sastra diciptakan untuk dinikmati dan diapresiasi. Dalam hal ini setiap penulis memiliki cara dalam mengemukakn gagasan dan gambarannya untuk menghasilkan efek-efek tertentu bagi pembacanya. Secara menyeluruh kajian stilistik berperan untuk membantu menganalisis dan memberikan gambaran secara lengkap bagaimana nilai sebuah karya sastra. Karya sastra sebagai kajian dari stilistik yang menggunakan gaya bahasa sastra sebagai media untuk menemukan nilai estetisnya. Aminuddin 1997—67 mengemukakan terdapat jenis karya sastra yaitu puisi dan prosa fiksi. Dalam hal ini perbedaan karakteristik karya sastra mengakibatkan perbedaan dalam tahapan pemaknaan dan penafsiran ciri dan penggambarannya. Pengarang memiliki kreativitas masing-masing dan setiap karya yang dihasilkan memperhatikan kebaharuan dan perkembangan sosial budaya. Misalnya puisi sebagai objek kajian yang dianalisis. Setiap orang tentunya pada umumnya memiliki pendapat dan penafsiran terhadap suatu puisi. Perbedaan itu muncul pula pada pemahaman seseorang, stilistika akan muncul dengan kekhasan bahasa yang digunakan dan akan sangat berbeda dengan penggunaan bahasa sehari-hari. Sastra terbagi atas dua jenis yaitu sastra lama dan modern. Sastra ini menjadi objek yang diamati dalam penelitian sastra, sastra modern dapat meliputi puisi, prosa maupun drama. Berdasarkan hal tersebut menurut Ratna 200919 dari ketiga jenis sastra modern dan sastra lama, puisilah yang paling sering digunakan dalam penelitian stilistika. Puisi memiliki ciri khas yaitu kepadatan pemakaian bahasa sehingga paling besar kemungkinannya untuk menampilkan ciri-ciri stilistika. Dibandingkan dengan prosa yang memiliki ciri khas pada cerita plot sedangkan ciri khas drama pada dialog. Pada lingkupnya puisi diciptakan oleh seseorang dengan melukiskan dan mengekspresikan watak-watak yang penting si pengarang, bukan hanya menciptakan keindahan. Aminuddin 1997—65 menyatakan dalam puisi misalnya membutuhkan efek-efek emotif yang mempengaruhi karya sastra. Memperoleh efek-efek tersebut dapat melalui kebahasaan, paduan bunyi, penggunaan tanda baca, cara penulisan dan lain sebagainya. Dengan kriteria tersebut membantu dalam menganalisis sebuah puisi. Berdasarkan kriteria tersebut dipilih puisi dengan judul“Kepada Peminta-minta karya Chairil Anwar untuk dianalisis. Chairil Anwar pula memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan sastra Indonesia secara keseluruhan. Menurut Ratna 2009353 keberhasilan puisi Chairil Anwar dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, 1 representasi visual melalui komposisi, sususnan baris dan bait, 2 efesiensi bahasa, penggunaan kata-kata secara singkat sederhana, tetapi penuh energi, 3 pembawa aliran baru, sebagai ekspresionisme, 4 kebaruan isi, yaitu nasionalisme, 5 keberhasilannya dalam menggugah emosi pembaca. Dengan demikian keindahan puisi pada dasarnya membentuk suatu pesan dan gaya bahasa tersendiri memberikan wujud keindahan karya sastra. Tujuan Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mendeskripsikan konsep dan aplikasi kajian stilistika pada puisi Kepada Peminta-Minta Karya Chairil Anwar. 2. Stilistika Hakikat Stilistika Stilistika stylistic dapat diterjemahkan sebagai ilmu tentang gaya. Secara etimologis stylistic berhubungan dengan kata style yaitu gaya. Dengan demikian stilistika adalah ilmu pemanfaatan bahasa dalam karya sastra. Penggunaan gaya bahasa secara khusus dalam karya sastra. Gaya bahasa yang muncul ketika pengarang mengungkapkan idenya. Gaya bahasa ini merupakan efek seni dan dipengaruhi oleh hati nurani. Melalui gaya bahasa itu seorang penyair mengungkapkan idenya. Pengungkapan ide yang diciptakan melalui keindahan dengan gaya bahasa pengarangnya Endraswara, 201172—73. Melalui ide dan pemikirannya pengarang membentuk konsep gagasannya untuk menghasilkan karya sastra. Aminuddin 199768 mengemukakan stilistika adalah wujud dari cara pengarang untuk menggunakan sistem tanda yang sejalan dengan gagasan yang akan disampaikan. Namun yang menjadi perhatian adalah kompleksitas dari kekayaan unsur pembentuk karya sastra yang dijadikan sasaran kajian adalah wujud penggunaan sistem tandanya. Secara sederhana menurut Sudiman dikutip Nurhayati 20088 “Stilistika adalah ilmu yang meneliti penggunaan bahasa dan gaya bahasa didalam karya sastra”. Konsep utamanya adalah penggunaan bahasa dan gaya bahasa. Bagaimana seorang pengarang mengungkapkan karyanya dengan dasar dan pemikirannya sendiri. Dalam hal ini untuk memahami konsep stilistik secara seksama Nurhayati 20087 mengemukakan pada dasarnya stilistika memiliki dua pemahaman dan jalan pemikiran yang berbeda. Pemikiran tersebut menekankan pada aspek gramatikal dengan memberikan contoh-contoh analisis linguistik terhadap karya sastra yang diamati. Selain itu pula stillistika mempunyai pertalian juga dengan aspek-aspek sastra yang menjadi objek penelitiannya adalah wacana sastra. Stilistika secara definitif adalah ilmu yang berkaiatan dengan gaya dan gaya bahasa. Tetapi pada umumnya lebih banyak mengacu pada gaya bahasa. Dalam pengertiannya secara luas stilistika merupakan ilmu tentang gaya, meliputi berbagai cara yang dilakukan dalam kegiatan manusia Ratna, 2011167. Tujuan Kajian Stilistika Stilistika sebagai salah satu kajian untuk menganalisis karya sastra. Endraswara 201172 mengemukakan bahasa sastra memiliki tugas mulia. Bahasa memiliki pesan keindahan dan sekaligus pembawa makna. Tanpa keindahan bahasa, karya sastra menjadi hambar. Keindahan suatu sastra dipengaruhi oleh kemampuan penulis mengolah kata. Keindahan karya sastra juga memberikan bobot penilaian pada karya sastra itu. Selain itu, menurut Sudjiman dikutip Nurhayati 200811 mengemukakan titik berat pengkajian stilistik adalah terletak pada penggunaan bahasa dan gaya bahasa suatu sastra, tetapi tujuan utamanya adalah meneliti efek estetika bahasa. Keindahan juga merupakan bagian pengukur dan penentu dari sebuah sastra yang bernilai. Sumber Objek Penelitian Stilistika Penelitian stilistika menuju kepada bahasa, dalam hal ini merupakan bahasa yang khas. Menurut Ratna 200914 bahasa yang khas bukan pengertian bahwa bahasa dan sastra berbeda dengan bahasa sehari-hari dan bahasa karya ilmiah. Ciri khasnya yaitu pada proses pemilihan dan penyusunan kembali. Hal tersebut merupakan analog dengan kehidupan sehari-hari dan merupakan proses seleksi, manipulasi dan mengombinasikan kata-kata. Bahasa yang memiliki unsur estetis, berbagai fungsi mediasi, dan emonsionalitas. Dalam hal ini kekuatan dalam karya seni adalah kekuatan untuk menciptakan kombinasi baru, bukan objek baru. Dengan demikian seperti yang telah dikemukan sebelumnya jenis sastra puisilah yang dianggap sebagai objek utama stilistika. Puisi memiliki medium yang terbatas sehingga keterbatasannya sebagai totalitas puisi yang hanya terdiri dari beberapa baris harus mampu menyampaikan pesan sama dengan sebuah cerpen, bahkan juga novel yang terdiri atas banyak jumlah halaman. Pendekatan dalam Stilistika Melalui stilistika dapat dijabarkan ciri-ciri khusus karya sastra. Berdasarkan hal itu, Wellek, dan Warren 1993226 menyatakan ada dua kemungkinan pendekatan analisis stilistika dengan cara semacam itu. Yang pertama di analisis secara sistematis tentang sistem linguistik karya sastra, kemudian membahas interprestasi tentang ciri-cirinya dilihat berdasarkan makna total atau makna keseluruhan. Melalui hal ini akan muncul sistem linguistik yang khas dari karya atau sekelompok karya. Pendekatan yang kedua yaitu mempelajari sejumlah ciri khas membedakan sistem satu dengan yang lainnya. Analisis stilistika adalah dengan mengamati deviasi-deviasi seperti pengulangan bunyi, inversi susunan kata, susunan hirarki klausa yang semuanya mempunyai fungsi estetis penekanan, atau membuat kejelasan, atau justru kebalikannya yang membuat makna menjadi tidak jelas. Sejalan dengan pernyataan di atas dalam kajian stilistik dipengaruhi oleh karya sastra dan bentuk pendekatan yang digunakan. Nurhayati 200813—20 mengemukakan lima pendekatan yang dapat digunakan yaitu, sebagai berikut Pendekatan Halliday Dalam pendekatan ini Halliday mengilustrasikan bagaimana kategori-kategori dan metode-metode linguistik deskriptif dapat diaplikasikan ke dalam analisis teks-teks sastra seperti dalam materi analisis teks yang lainnya. Melalui hal ini analisis bukan hanya kepada interprestasi atau evaluasi estetika terhadap pesan-pesan sastra yang dianalisisnya tetapi hanya kepada deskripsi unsur-unsur bahasa. Dalam kajiannya ia tidak mengungkapkan bagaimana bentuk-bentuk verbal tersebut disusun sehingga berhubungan dengan bentuk lainnya pada hubungan intra-tekstual. Pendekatan Sinclair Pendekatan ini searah dengan teori pendekatan Halliday. Ia menerapkan kategori-kategori deskripsi linguistik Halliday. Sinclair mengemukakan terdapat dua aspek yang berperan penting dalam pengungkapan pola-pola intratekstual karya sastra. Pendekatan Goeffrey Leech Leech mengemukakn bahwa karya sastra mengandung dimensi-dimensi makna tambahan yang beroperasi pula di dalam wacana lainnya. Leech mengungkapkan tiga gejala ekspresi sastra, yaitu cohesion, foregrounding, dan cohesion of foregrounding. Ketiga gejala ekspresi ini menghadirkan dimensi-dimensi makna yang berbeda yang tidak tercakup oleh deskripsi linguistik dengan kategori-kategori normalnya. Cohesion merupakan hubungan interatekstual antara unsur gramatikal dengan unsur leksikal yang jalin-menjalin dalam sebuah teks sehingga menjadi sebuah unit wacana yang lengkap. Foregrounding merupakan gejala khas yang hanya terdapat dalam karya sastra. Sedangkan cohesion of foregrounding adalah penyimpangan-penyimpangan dalam teks yang dihubungkan dengan bentuk lain untuk membentuk pola-pola intratekstual. Pendekatan Roman Jakobson Pendekatan ini menggolongkan fungsi puitik bahasa sebagai sebuah penggunaan bahasa yang berpusat kepada bentuk aktual dari pesan itu sendiri. Tulisan sastra tidak seperti bentuk-bentuk lainnya. Dalam tulisan sastra ditemukan pesan yang berpusat pada pesan itu sendiri. Pendekatan Samuel R. Levin Pendekatan Levin dalam analisis stilistika serupa dengan pendekatan Halliday dan Sinclair yang berpusat pada analisis butir-butir linguistik. Levin juga mengembangkan gagasan kesejajaran yang juga dikemukakan oleh Jakobson. Dalam hal ini kesejajaran tersebut berlaku pada level fonologi, sintaksis, dan semantik yang untuk menghasilkan ciri-ciri struktural. Teori yang Berhubungan dengan Kajian Stilistik Pembentuk utama unsur puisi selain bahasa adalah keindahan. Pada dasarnya kajian stilistika dikemukakan beberapa teori-teori yang berhubungan. Menurut Nurhayati 200830—38 teori-teori tersebut digunakan untuk menganalisis bahasa. Teori tersebut adalah sebagai berikut 1 Diksi, pemilihan kata sangat erat kaitannya dengan hakikat puisi yang penuh pemadatan. Oleh karena itu, penyair harus pandai memilih kata-kata. Penyair harus cermat agar komposisi bunyi rima dan irama memiliki kedudukan yang sesuai dan indah. Selain itu, Tarigan 201129 mengemukakan diksi adalah pilihan kata yang digunakan oleh penyair. Pilihan kata yang tepat dapat mencerminkan ruang, waktu, falsafah, amanat, efek, dan nada dalam suatu puisi. 2 Citraan, merupakan penggunaan bahasa untuk menggambarkan objek-objek, tindakan, perasaan, pikiran, ide, pernyataan, pikiran dan setiap pengalaman indera atau pengalaman indera yang istimewa. Dalam hal ini yang dimaksud adalah citraan yang meliputi gambaran angan-angan dan pengguna bahasa yang menggambarkan angan-angan tersebut, sedangkan setiap gambar pikiran disebut citra atau imaji. Secara spesifik Tarigan 201131 dalam menciptakan karya penyair berusaha membangkitkan pikiran dan perasaan para penikmat sehingga merekalah yang benar-benar mengalami peristiwa dan perasaan tersebut. Penyair berusaha agar penikmat dapat melihat, merasakan mendengar, dan menyentuh apa yang ia alami dan rasakan. 3 Kata-kata konkret, merupakan kata yang dapat melukiskan dengan tepat, membayangkan dengan jitu apa yang hendak dikemukakan oleh pengarang. Tarigan 201132 mengungkapkan salah satu cara membangkitkan daya bayang imajianasi para penikmat puisi adalah menggunakan kata-kata yang tepat, kata yang dapat menyarankan suatu pengertian secara menyeluruh. 4 Bahasa figuratif, untuk memperoleh kepuitisan, penyair menggunakan bahasa figuratif, yaitu bahasa kiasan atau majas. Menurut Endraswara 201173 terdapat dua macam bahasa kiasan atau stilistik kiasan, yaitu gaya retorik dan gaya kiasan. Gaya retorik meliputi eufemisme, paradoks, tautologi, polisndeton, dan sebagainya. Sedangkan gaya kiasan amat banyak ragamnya antara lain alegori, personifikasi, simile, sarkasme, dan sebagainya. Menurut Ratna 2011164 majas figure of speech adalah pilihan kata tertentu sesuai dengan maksud penulis atau pembicara dalam rangka memperoleh aspek keindahan. 5 Rima dan ritma, merupakan pengulangan bunyi dalam puisi. Dengan pengulangan bunyi tersebut, puisi menjadi merdu bila dibaca. Bentuk-bentuk rima yang paling sering muncul adalah aliterasi, asonansi, dan rima akhir. Bunyi-bunyi yang berulang, pergantian yang teratur, dan variasi-variasi bunyi menimbulkan suatu gerak yang teratur. Gerak yang teratur tersebut di sebut ritma atau rhythm. Tarigan 201135 mengatakan rima dan ritma memiliki pengaruh untuk memperjelas makna puisi. Dalam kepustakaan Indonesia, ritme atau irama adalah turun naiknya suara secara teratur, sedangkan rima adalah persamaan bunyi. Struktur Batin Puisi Struktur batin puisi pula yang menjadi salah satu unsur pembentuk puisi. Struktur batin berperan untuk menjiwai sebuah puisi. Dalam hal ini menurut Nurhayati 200840—43 hakikat puisi terdiri atas beberapa komponen yang membangun sebuah puisi. Unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut 1 Tema sense, merupakan gagasan atau ide pokok dalam suatu kajian puisi. Hal yang menjadi pokok persoalan dalam puisi tersebut. Setiap puisi memiliki pokok persoalan yang hendak di sampaikan kepada pembacanya. Selain itu menurut Tarigan 201110—11 dalam puisi memiliki subject matter yang hendak dikemukakan atau ditonjolkan. Hal ini dapat dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman penyair. Makna yang terkandung dalam subject matter adalah sense atau tema dalam puisi tersebut. 2 Perasaan feeling merupakan sikap penyair terhadap pokok persoalan yang terdapat dalam puisinya. Dalam hal ini pada umumnya setiap penyair tentunya akan memiliki pandangan yang berbeda terhadap suatu karya. Menurut Tarigan 201112 rasa/felling yaitu merupakan sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang ada pada puisinya. 3 Nada tone, merupakan refleksi sikap penyair terhadap pembacanya, baik suasana hati, dan pandangan moral, dan terkadang muncul pula karakter kepribadian pengarangnya tercemin dalam puisi. Penyair pula menunjukkan sikapnya kepada pembacanya, misalnya dengan sikap menggurui, menyindir atau bersifat lugas. 4 Amanat intention atau tujuan merupakan hal yang mendorong penyair untuk menciptakan suatu puisinya. Dalam hal ini penyair menciptakan puisinya dan tersirat secara tidak langsung muncul melalui di balik tema yang diungkapkan. 3 Analisis Stilistika Karya sastra pada analisis stilistika memiliki kaitan erat dengan bahasa yang menjadi medium utamanya. Ratna 2009330 menyatakan bahwa analisis yang baik adalah kajian yang memelihara keseimbangan antara prinsip linguistik dan sastra kebudayaan atau yang mendasar pada pencapaian aspek estetis. Dalam kajian stilistika hendaknya sampai pada dua hal yaitu makna dan fungsi. Makna dicari melalui penafsiran yang dikaitkan melalui totalitas karya, sedangkan fungsi terbesit dari peranan stilistika dalam membangun karya Endraswara, 201176. Senada dengan hal tersebut Nurhayati 200846 mengemukakan terdapat 2 unsur dalam menganalisis puisi, yaitu pada kajian stilistika dan struktur batin puisi. Pada kaiian stilistika di bahas masalah penerimaan, linguistik, diksi, citraan, kata-kata konkret dan bahasa figuratif. Sedangkan struktur batin membahas masalah tema, perasaan, nada dan amanat. Dalam hal ini puisi yang akan di analisis adalah puisi dengan judul Kepada Peminta-minta karya Chairil Anwar. Puisi tersebut adalah sebagai berikut Kepada Peminta-Minta 1 Baik, baik aku akan menghadap Dia 2 Menyerahkan diri dan segala dosa 3 Tapi jangan lagi tentang aku 4 Nanti darahku jadi beku 5 Jangan lagi kau bercerita 6 Sudah tercacar semua di muka 7 Nanah meleleh dari luka 8 Sambil berjalan kau usap juga 9 Bersuara tiap kau melangkah 10 Mengerang tiap kau menendang 11 Menetes dari suasana kau datang 12 Sembarang kau merebah 13 Mengganggu dalam mimpiku 14 Menghempas aku di bumi keras 15 Di bibirku terasa pedas 16 Mengaum di telingaku 17 Baik, baik aku akan menghadap Dia 18 Menyerahkan diri dan segala dosa 19 Tapi jangan tentang lagi aku 20 Nanti darahku jadi beku Chairil Anwar, 201078 Teori yang Berhubungan dengan Kajian Stilistik 1 Diksi Kata-kata dalam puisi “Kepada Peminta-minta” memiliki makna kiasan yang harus dipahami secara seksama. Tokoh aku dan dia memerlukan interprestasi sendiri untuk menentukannya. Hal ini dalam setiap maksudnya memerlukan pemahaman yang menyeluruh. Secara umum puisi juga sulit untuk dipahami, terdapat penafsiran tertentu. Dengan demikian penggunaan kata konotatif dalam puisi tersebut cukup menjadi perhatian. Penyair menggunakan kata-kata tersebut untuk mengungkapkan sesuatu. Sesuatu itulah yang dinamakan makna konotatif. Jadi, penggunaan kata konotatif dilakukan untuk menyatakan sesuatu secara tidak langsung. Penggunaan kata konotatif juga untuk menciptakan efek estetis. Sesuai dengan judulnya, puisi tersebut banyak menggunakan kata konotasi. Misalnya pada baris ke empat Nanti darahku jadi beku. Hal ini merupakan makna konotasi yang memerlukan pula makna konotasi pada baris 6 Sudah tercacar semua di muka. Secara keseluruhan baris dalam puisi ini memiliki makna kiasan yang perlu untuk ditelaah sebelumnya. Bukan jenis citraan yang mengandung makna denotasi yang secara umum mudah untuk langsung dipahami. Pemilihan kata pada baris genap tidak terlepas dari kata yang digunakan pada 2 baris pertama. Misalnya pada baris pertama penyair mengatakan dia akan menghadap Dia, maka pada baris kedua kata menyerahkan diri dan segala dosa dirasa sangat cocok konteksnya. Pada baris ketiga dan keempat penyair meminta untuk jangan menentang dirinya lagi, maka darahnya akan menjadi beku, hal ini sesuai konteksnya. Pada baris kelima dan keenam penyair meminta untuk jangan bercerita lagi, semua sudah tercacar dimuka. Baris ketujuh dan kedelapan penyair nanah meleleh dari luka sambil berjalan kau usap juga. Dari hal itu terlihat pemilihan kata yang tepat sekali yang digunakan oleh penyair. Pilihan kata diksi dalam puisi “Kepada Peminta-minta” mempunyai efek kecewa, menyerah, letih, terluka, sedih, berat, dan risau. Hal itu dapat terlihat dari penggunaan kata menyerahkan diri, tentang, luka, tercacar, meleleh, menghempas, mengerang, merebah, menetas. Sedangkan adanya risau terlihat dari apa yang di ungkap oleh penyair yaitu mengganggu, menghempas, merasa pedas dan mengaum di telinga. Selain itu, penyair juga menggunakan pilihan kata yang menciptakan efek letih, menyerah, kecewa, terluka, dan risau. Kesimpulan dari analisis gaya kata adalah puisi “Kepada Peminta-minta” selain menggunakan kata konotatif untuk mengungkapkan gagasan dan untuk mencapai efek estetis. 2 Citraan Citraan dalam karya sastra berperan untuk menimbulkan pembayangan imajinatif bagi pembaca. Pada dasarnya citraan kata terefleksi melalui bahasa kias. Citraan kata meliputi penggunaan bahasa untuk menggambarkan objek-objek, tindakan, perasaan, pikiran, ide, pernyataan, dan setiap pengalaman indera yang istimewa. Citraan dibuat dengan pemilihan kata diksi. Dalam puisi “Kepada Peminta-minta” penyair memanfaatkan citraan untuk menghidupkan imaji pembaca melalui ungkapan yang tidak langsung. Citraan visual penglihatan terlihat pada baris 1, dan 10 yaitu menghadap dan memandang. Citraan perabaan terdapat pada baris 8, yaitu kata usap. Memaknai usap dapat dirasakan dengan indera perabaan. Citraan pendengaraan terlihat pada baris 9 dan 16, yaitu pada kata bersuara dan mengaum. Dalam hal ini kata bersuara dan mengaum dapat dirasakan oleh indera pendengaran. Selain itu pula terdapat citraan pengecap yaitu pada baris 15 pada kata pedas. Rasa pedas dapat dirasakan melalui indera pengecap. Kesimpulannya adalah puisi “Kepada Peminta-minta” memanfaatkan citraan untuk menghidupkan imaji pembaca dalam merasakan apa yang dirasakan oleh penyair. Citraan membantu pembaca dalam menghayati makna puisi. Puisi “Kepada Peminta-minta” memanfaatkan citraan visual penglihatan, pendengaran, pengecap dan citraan perabaan. 3 Kata-Kata Konkret Pada puisi ini ditemukan diksi yang berupa kata-kata kongkret yang dapat membangkitkan citraan seperti berjalan, melangkah, mengempas, merebah menunjukkan citraan gerak dan beberapa citraan lainnya. Kata-kata kongkret tersebut jelas menunjukkan sikap tindakan baik dari si peminta-minta maupun pengarang. Kata-kata kongkret yang menggambarkan unsur-unsur puisi secara tepat dengan tujuan pengarang agar pembaca dapat merasakan keadaannya. 4 Rima Puisi “Kepada Peminta-minta” secara keseluruhan didominasi dengan adanya vocal /a/ dan /u/. Sedangkan bunyi konsonan yang dominan yaitu bunyi /t/, /k/ dan /d/. Asonansi a terdapat pada baris puisi yaitu baris 1, 2, 5, 6, 7, 8. 17, dan 18 Misalnya, pada baris pertama yaitu Baik, baik aku akan menghadap Dia, pada baris ketiga Menyerahkan diri dan segala dosa. Asonansi u terdapat pada baris genap yaitu baris 3, 4, 13, 16, 19, dan 20. Misalnya, pada baris ketiga yaitu Tapi jangan lagi tentang aku, pada baris keempat Nanti darahku jadi beku. Asonansi a pada 2 baris pertama dan asonansi u pada 2 baris berikutnya mengesankan bahwa puisi ini mempunyai irama yang tetap dan teratur yakni irama vokal aauu. Pada baris pertama dijumpai aliterasi d menghadap, dia. Aliterasi d juga terdapat pada baris 7, 10, 11, 13 dan 15 yakni pada kata dari, menghadang, datang, dalam, dan pedas. Pengulangan 4 baris pertama juga dilakukan untuk menambah bentuk asonansi dan aliterasi dalam puisi ini. Aliterasi k dapat dilihat banyak sekali digunakan. Beberapa di antaranya juga terdapat pada baris 1, 2, 4, 5, 6, 7, 14 dan 16 yakni pada kata baik, aku, akan, menyerahkan, beku, kau, muka, luka, keras dan ku. Berikutnya aliterasi t terdapat pada baris 3, 5, 11, 15, dan 16 yaitu tentang, bercerita, datang, terasa, dan ditelingaku. Selain asonansi dan aliterasi, terdapat pengulangan rima yang teratur yang disusun oleh penyair. Pada 2 baris pertama berakhiran bunyi vokal yang sama yaitu vokal a dan pada baris 3 dan 4 berakhiran bunyi vokal yang sama yaitu vokal u sehingga rima puisi tersebut mempunyai rima yang teratur yaitu aabb. Penggunaan gaya bunyi dengan variasi dan rima pada puisi tersebut menimbulkan sebuah irama yang menciptakan sebuah irama yang indah. 5 Bahasa Figuratif Dalam puisi Kepada Peminta-minta karya Chairil Anwar bahasa figuratif yang muncul yaitu pada baris ke 4 dan 21. Merupakan majas hiperbola yang bersifat berlebih-lebihan. Muncul majas hiperbola dari kata nanti darahku jadi beku. Selain itu pula muncul majas repetisi pada baris 1 dan 18. Terjadi pengulangan pada kata baik, dalam konteksnya yaitu baik, baik aku akan menghadap Dia. Struktur Batin Puisi 1 Tema sense, merupakan hal yang ingin disampaikan oleh pengarang. Puisi Chairil Anwar menceritakan seseorang yang melarat, miskin yang tidak memiliki apa-apa. Subjet matter yang ditonjolkan dalam puisi ini yaitu tingkah atau sikap si peminta-minta dan bagaimana sikap penyair terhadap nya. Penyair menekankan pandangannya kepada sang peminta-minta. Bagaimana sikapnya terhadap kaum melarat. Pada baris ketiga Tapi jangan tentang lagi aku menunjukkan sikapnya yang merasa nyaman dengan kehadirannya. Penyair mengungkapkan semua yang terjadi telah diketahui. Hal ini tertuang dalam baris 5, 6, 7 yaitu Jangan lagi kau bercerita sudah tercecer semua dimuka dengan nanah yang meleleh dari muka semua itu telah terjadi dan diketahui. Penyair juga merasa tertanggu dengan adanya peminta-peminta, hal ini dinyatakan dalam baris dibibirku terasa pedas mengaum ditelingaku. 2 Perasaan feeling perasaan yang ditekankan pada puisi ini adalah rasa benci Chairil Anwar terhadap peminta-minta. Perasaan menyerah dan merasa bersalah atas dosa yang diperbuat. Hal tersebut dikemukan pada baris 2 yaitu menyerahkan diri dan segala dosa. Tarigan 201116 mengemukakan Chairil Anwar memandang si peminta-minta dengan belakan mata dan rasa benci. Muncul perasaan terganggu dan kurang simpati terhadap si itu, Chairil juga menunjukkan sikap jengkel kepada si peminta-minta. Sikap yang terlalu menyerah pada keadaan hidup dan begitu menunjukkan kepedihannya dan kemelaratannya. 3 Nada tone, nada yang ditunjukan dalam puisi adalah sinis. Nada sinis muncul akibat dari kebencian pengarang kepada peminta-minta. Hal tersebut salah satunya muncul pada baris puisi berikut jangan lagi kau becerita sudah tercacar semua dimuka nanah meleleh dari muka sambil di jalan kau usap juga. Muncul nada sinis akibat dari tekanan yang didasarkan oleh rasa benci dari sikap si itu, terlihat terdapat nada menyindir dari makna puisi Chairil Anwar. Menyindir pada tingkah si peminta-minta yang terlalu melebih-lebihkan rasa penderitaannya. 4 Amanat intention dalam puisi ini tujuan yang memiliki peranan penting. Dalam hal ini Chairil Anwar yang memiliki sikap ekspresionisme memberikan sajian puisi yang ekspresif. Ia mengemukakan sikapnya terhadap si peminta-minta. Chairil menunjukkan sikap sosial dan kenyataan yang terjadi pada masyarakat. Sikap Chairil yang kritis menampilkan gambaran yang sesungguhnya tentang kehidupan rakyat miskin atau kaum melarat. Dengan demikian mampu menyampaikan pesan secara tidak langsung kepada pembaca bagaimana sikap dan perilaku yang seharusnya dilakukan. Menyampaikan amanat dan pesan moral kepada masyarakat/pembacanya. 4 Kesimpulan Analisis stilistika memperhatikan pada dua aspek kekhasan karya sastra, yaitu dari segi linguistik dan pemaknaannya. Keduanya menonjolkan keindahan suatu karya sastra. Hal ini dapat pula menentukan suatu prinsip yang mendasari kesatuan karya sastra. Menemukan suatu tujuan estetika umum yang menonjol dalam sebuah karya sastra dari keseluruhan unsurnya. Dengan demikian nilai, pemikiran dan prinsip pengarang dapat dipahami. Puisi adalah salah satu objek kajian stilistika yang tepat untuk diteliti. Puisi memiliki kekhasan bahasa dan kepadatan bahassa yang sesuai untuk dikaji dengan stilistika. Dalam hal ini sebagai contoh puisi Chairil Anwar yang dapat dikaji sebagai salah satu objek kajian stilistika. Namun pada dasarnya setiap jenis karya sastra dapat dikaji dengan stilistika. Jenis-jenis karya sastra tersebut memiliki bagian-bagian yang penting dalam setiap unsur dan pembahasannya. 5 Daftar Pustaka Aminnuddin. 1997. Stilistika, Pengantar Memahami Karya Sastra. Semarang CV. IKIP Semarang Press. Anwar, Chairil. 2010. Aku ini Binatang Jalang. Jakarta PT. Gramedia Pustaka Utama. Endraswara, Suwardi. 2011. Metodelogi Penelitian Sastra. Yogyakarta CAPS. Nurhayati. 2008. Teori dan Aplikasi Stilistik. Penerbit Unsri. Ratna, Nyoman Kutha. 2009. Stilistika, Kajian Puitika Bahasa, dan Budaya. Yogyakarta Pustaka Pelajar. \ Tarigan, HG. 2011. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung Angkasa.

analisis puisi kepada peminta minta